Pages

Senin, 17 Desember 2012

Wayang Main Drama




Yeay ! UAS udah selesai, 10 hari lamanya saya tidak mengabil jatah ritual tidur saya di siang hari. But, finally saya bisa ngelanjutin ritual tidur saya bonusnya hujan lagi ! cinta banget deh sama malang kalo lagi hujan begini.

Nah, sedikit cerita tentang daily activity saya sebelum ujian nih, saya main drama. Sebenernya ceritanya udah kuno banget, dan kayaknya kalo dijadiin semacam buku udah pada berdebu. Tapi entah mengapa, kenangan 1 jam 45 menit itu menjadi memori yang indah ! Gimana saya ditemani kaca mata saya berjuang mengetik naskah hingga pagi hari, bagaimana teman – teman berlatih sampai pukul satu pagi. Amazing ! biasanya ibu dan abi yang selalu menelfon setiap malam, harus saya reject karena kesibukan saya. Namun, setelahnya saya minta maaf habis – habisan dan minta agar ibu tidak mengutuk saya menjadi malin kundang. 

Dan good news lainnya video drama udah dimasukin ke suatu file di flash disk. Saya jadi bersemangat untuk menontonnya, bahkan hari ini saya sudah menontonnya 3 kali ! dan mengirimnya ke email abi. Berharap ada sedikit pujian dari abi ! haha . ketika saya melihat video ini tiba – tiba saya teringat pada wayang yang bermain drama.

Ya, saya berfikir orang – orangan yang terbuat dari kulit ini memang sering dipertontonkan untuk melakukan suatu penokohan.

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.

UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.

Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang.

Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.

Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.

Salah satu tokoh wayang yang saya suka adalah “cepot”. Tidak rupawan memang, tapi karakter khasnya yang membedakan dia dari wayang yang lain. Mulai dari warna merah yang menutupi hampir seluruh wajahnya, ditambah badan kecil yang memiliki daya tarik sendiri bagi wayang asli sunda ini. Dan nama yang berkharakter menambah khas jati diri cepot.

Teringat jelas dalam ingatan saya, ketika abi membawa cepot dan boneka jerapah sepulang bekerja untuk menghibur saya yang meminta mobil – mobilan beserta arenanya, kemudian terjadilah pementasan singkat yang dilakukan oleh abi sebagai dalangnya.

Jerapah           : Oh, hai, cepot ! apa kabar ?

Cepot              : Hello, Jerapah temanku. Aku masih dalam keadaan sehat dan islam. Kumaha maneh, damang ?

Jerapah           : I’m good ! kamu masih mempunyai wajah merah ya ? haha

Cepot              : Ya, tentu ! wajah saya masih merah. Cause I’m the real cepot from Sunda land Indonesia ! hey, Jerapah aku melihat anak cantik disamping mu. Siapa namanya ?

Jerapah           : Oh, ya, ini teman saya. Dia bernama amel. Aku akan mengenalkannya padamu.

Ya, itulah short show dari seorang abi yang ingin membuat anaknya cinta akan budaya Indonesia. Abi saya ini sungguh luar biasa ! kata – kata yang sedikit sunda, yang diwakili oleh Abi mungkin banyak kata yang tak dapat saya cerna pada saat itu. Tapi ada kata yang lebih bearti dari sekedar kata – kata itu, yakni saya bisamenikmatinya. Dan ini bukan hanya sekedar untuk menghormati keberadaan abi. Karena saya masih terlalu kecil untuk melakukan scenario pura – pura hormat pada abi.

Begitu mudah kita membuat orang tertarik akan budaya Indonesia. Karena memang Indonesia telah memiliki daya tarik sendiri. Jadi, mengapa sebagai generasi muda kita tidak membantu menyebarkan virus budaya Indonesia ? Kita tidak perlu menjadi seorang dalang handal untuk mengenalkan wayang, tak perlu memainkan cerita Rama dan Shinta. Tapi hanya modal keberanian, kemauan dan wawasan pada budaya, kita bisa menginjeksi benua biru dengan budaya Indonesia.

Begitu melihat wajah cepot yang merah itu dalam hati saya berucap, semoga aku, kamu dan cepot bisa bersama – sama berpetualang menyebarkan Virus Budaya Indonesia ! aku, kamu dan cepot selalu percaya “ keep studying to reach our dream !”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar