Pages

Rabu, 30 April 2014

Proposal Hidup



Akhirnya setelah sekian lama lama lama untuk tidak nyampah di blog, saya memutuskan untuk menulis lagi. Sebenarnya, liburan kemarin, saya menghasilkan duapostingan untuk blog. Berhubung tiba-tiba abi mengajak liburan ke kampung halaman (baca:Tasik Malaya) saya masih belum memostingnya. Dan ketika saya telah mendaftarkan paketan di tab saya yang bernama Bono, tiba-tiba Bono menghilang dari bag saya ketika perjalanan balik ke rumah. Ya, ini membuat saya dan abi sangat shock, bahkan takut untuk membicarakannya pada umi’ tercinta. Dan FIX! Hingga hari ini diantara kami berdua tidak ada yang berani membongkar rahasia ini. Dan demi menutup kesalahan kami, kami harus mengumpulkan uang untuk menggantinya, yang pasti sebelum umi’ mengetahuinya. 

Pesan saya untuk Bono

“No, baik-baikya, semoga yang membawakamu, memberikamu nutrisi. Cepet pinter, terus cari jalan pulang kerumah ya. Saya dan abi nungguin di rumah.”
Begitulah cerita liburan kemarin yang amat-amat mengenaskan. 

Ceritanya kali ini saya ingin menyampaikan proposal hidupsaya. Kenapa tiba-tiba ingin menyampaikan? Karena banyak yang bertanya tentang proposal hidup saya, utamanya orang tua.

Ya Allah, ini tulisan proposal hidup saya. Yang sering saya sampaikan kepada Engkau, yang telah tertuliskan di telapak tangan saya.

Abi umi’, ini proposal hidup saya, terima kasih telah membimbing saya untuk merumuskannya. Entah bagaimana saya menjalaninya, yang saya tahu, ini pilihan saya.

Untuk semua yang telah hadir dalam hidup saya, terima kasih untuk membantu saya menemukan jati diri. Saya tidak tahu, apakah ini jati diri saya sebenarnya, namun, semakin saya memikirkannya semakin saya mantap untuk membangun kehidupan saya yang seperti ini.

Lulus MAN mau ngapain?
KULIAH! FIX! Itu pilihan saya. Saya kuliah karena saya butuh ilmu itu. Saya butuh ilmu itu untuk mewujudkan impian saya. Impian saya hanya ingin membantu bangsa dan agama. Karena itu kewajiban saya. Dan saya tahu harfiah saya lahir di dunia adalah menjadi orang yang bermanfaat untuk bangsa dan agama. Iya, itu alasan kenapa saya dilahirkan di dunia.
Dengan cara itulah saya yakin bisa merasakan kebahagian dunia dan akhirat.

Setelah kuliah?

Yang pasti saya ingin menikah. Ya, saya ingin menikah di usia muda, 23 tahun! Dan menjadi ibu rumah tangga yang baik, yang bisa menjadikan rumah sebagai surga untuk keluarga. Ibu rumah tangga yang baik adalah wanita yang berada di belakang suami yang sukses dan karenanya suami dapat mencapai kesuksesan, dan menjadi seorang ibu yang mampu mencetak generasi yang mampu berjuang demi bangsa dan agamanya. Iya, itu impian terbesar saya sebagai perempuan.

Ketika saya mulai lelah untuk mempelajari ilmu-Nya, saya selalu ingat seseorang pernah memberi saya quote:
“Setiap kali aku merasa malas belajar, aku selalu ingat bahwa anak-anakku kelak berhak dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang cerdas.”

Ya, memang ketika kita mulai jenuh akan sesuatu, kita harus kembali mengingat untuk apa dan untuk siapa kita melakukannya.

Meski cita-cita saya menjadi ibu rumah tangga, saya enggak mau jadi ibu rumah tangga biasa. Saya ingin jadi ibu rumah tangga yang produktif. Selain ingin mejadikan anak saya sebagai generasi cerdas dan berakhlakul karimah, saya ingin menjadi scientist yang mampu melakukan penelitian. Penelitian yang nantinya bermanfaat untuk ummat. Dan ini bukan sekedar itu, ini demi kepentingan gengsi umat beragama. Saya ingin membuktikan bahwa Islam bisa kembali pada zaman kejayaannya dulu.

Sayatahu, bukan hal yang mudah untuk mengembalikan keadaan seperti zaman kehalifahan Umayyah yang mencapai kesuksesan lebih luas dari pada kekaisaran Romawi dibawah Julius Caesar. Namun, sekali lagi, sesuatu yang sulit bukan bearti tidak bisakan? Saya harus berjuang untuk menjadi salah satu agen muslim yang mengembalikan kejayaan Islam, meski perjuangan saya tidak seperti Muhammad Al-Fatih dalam membombardir Constantinopel. Saya ingin kecintaan saya pada agama ini, sama seperti kecintaan Al-Fatih.
Ya, itulah keinginan saya, menjadi ibu rumah tangga yang produktif. Produktif inibeartijuga kaya. Umat Islam harus kaya. Kaya itu wajib! Nabi Muhammad kaya, dengan keakayaannya itulah beliau bisa membantu orang, mampu zakat. Dengan kekayaani mannya, beliau menajadi kekasih Allah, dengan kekayaan hatinya, beliau dihormati dan disayangi ummatnya. Iya, kaya!

Mulai sekarang, saya ingin meluruskan niat. Bahwa segala sesuatu yang saya lakukan, hanya ditujukan untuk Allah, memajukan bangsa dan agama. Seharusnya, untuk membuat agama ini kembali berjaya, kita harus mampu menelaah kegagalan pemimpin pada masa lalu. 

Mengutip dari kata kata George Santaya: “Those who don’t learn from history are doomed to repeat it.”

Banyak diantara umat Islam yang tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. Apalagi untuk menelaah penyebab keruntuhannya? Saya ingin Islam dan Eropa kembali menjadi pasangan yang serasi. Saya rasa itu indah.

Past just passed. Ya, itu yang saya rasa dipegang.

Berdasarkan pengalaman sejarah dan peradaban umat manusia, yang lebih penting bagi umat Islam sekarang ini tidak lagi sibuk untuk membicarakan keunggulan-keunggulan yang telah dicapai umat Islam pada masa lampau, atau memperdebatkan siapa pertama kali menemukan angka nol dan seterusnya, sebagai sumabangan umat Islam dalam penulisan angka pada zaman modern dan dasar seluruh pembangunan dan peradaban dunia, tetapi bagaimana umat Islam kembali unggul dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kembali terdepan dan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, karena prestasi nyata ditunjukkannya.

Ya, saya rasa menjadi ibu rumah tangga sekaligus scientist yang produktif adalah pilihan yang tebaik bagi diri saya untuk membela Negara dan agama, utamanya ya, kebahagian dunia dan akhirat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar