Menjelang beberapa hari menuju Hari Lebaran Idul Adha. Saya masih di
daerah perantauan. Bukan ingin ngebuntutin orang seperti kereta yang
menjalankan tradisi untuk mudik ke kampong halaman. Tapi entah mengapa tahun
ini saya ingin merayakan Idul Adha di rumah.
Do’a itu kalau diucapkan dengan tulus pasti ada jawabannya. Nah,
jawabannya terserah Tuhan, mau instant, ekspress, satu minggu, satu tahun, atau
baru dijawab setelah yang berdoa dipanggil Tuhan. Soal waktu dikabulkannya,
satu yang harus kita mengerti, Tuhan nggak bisa dipaksa! Tapi rentetan do’a
saya tadi terjawab.
Ya, pukul setengah empat setelah saya menyudahi sholat sepertiga malam
saya, HP jadul yang keluar sekitar tahun 2010-an itu berbunyi. Tertulis “ Abi
Memanggil ”. Percakapan singkat, namun penuh haru.
“ Asslamualaikum, Mel ? "
“ Waalaikumsalam, what’up, bi ? ” * gaul banget*
“ Kamu mau pulang gak Hari Raya Idul Adha ini ? ”
Spontan saya menjawab, “ Ya ! of course. Idul Adha kemarin saya gak
pulang. Jadi, tahun ini saya pulang !”
“ Ya, sudah, ntar abi jemput.”
“ Terima kasih my hero ! hidup dengan baik dan sehat yaa, bi !”
Terdengar bunyi, bip dari ujung sana.
Ya, pikiran saya sudah mulai kembali pada makanan yang akan tersaji di
meja makan. Mi bakso, dendeng, sambal balado yang sangat pedas, nasi putih yang
mengepul, opor ayam sudah pasyi tak telewatkan, dan si gerombolan ketupat !
Ketupat ? Bukanlah hal yang asing untuk kita pahami maknanya. Kupatan
selalu jadi pelengkap lebaran. Bagi anak-anak, kupatan malah lebih meriah
dibanding lebaran itu sendiri.
Ketupat ini dibuat dari daun janur. Selain berbentuk segi empat seperti
ketupat pada umumnya, warga kami juga biasa membuat ketupat berbentuk ayam
jago. Ketupat ini disebut jekekrek. Isinya ya sama saja, beras yang sudah
dicuci sehingga agak bercampur air.
Tradisi ketupat lebaran sudah menjadi baian tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia.
Kenpa ketupat ? Kapan tradisi membuat ketupat dimulai ?
Kapan tradisi membuat ketupat
ini dimulai? Sayangnya, belum ada referensi ilmiah tentang makanan khas ini.
Namun, ada yang mengira – ngira, tradisi membuat ketupat sudah ada sejak
masuknya Islam ke tanah Jawah sekitar tahun 1400-an.
Dalam
bahasa Jawa, ketupat disebut kupat. Kata kupat berasal dari suku kata ku =
ngaku ( mengaku ) dan pat = lepat ( kesalahan). Sehingga ketupat menjadi symbol
mengakui kesalahannya.
Tradisi
ketupat lebaran kiranya dapat dikaitkan dengan peran para wali, terutama
walisongo dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Boleh
jadi, tradisi kupatan sudah ada pada zaman pra-Islam Nusantara, sebagaimana
tradisi selamatan yang sudah ada dan berkembang di Indonesia. Namun tradisi
kupatan kemudian memperoleh sentuhan baru di zaman penyebaran Islam oleh
Walisongo di dalam kerangka untuk menghadirkan tradisi yang akomodatif atau
akulturatif di dalam masyarakatJawa dan Nusantara pada umumnya.
Nah,
ini tips yang saya sajikan untuk membuat ketupat :
1 . Bersikan beras yang
akan dijadikan bahan dengan cara mencucinya, ada baiknya jika beras direndam
kurang lebih 2-3 jam dan hasil tirisannya dibubuhi sedikit kapur sirih.
2 .
Terus Beras yang
dimasukkin ke dalam bungkus ketupat kira-kira dua sepertiga isinya jangan
sampai terlalu banyak isi ketupatnya ntar bisa melar lho nanti alias kedodoran
saat ketupat sudah mateng, dan lebih parahnya lagi ketupat akan keras
3 .
Didihkanlah air yang
akan dipakai untuk memasak ketupat.
4 .
Rebuslah ketupat
kurang lebih selama 5-6 jam dan selama itu harus dalam keadaan terendam penuh,
jika perlu tambahkan air rebusan secara berkala.
5 . Setelah mateng,
ketupat diagin aginkan dengan cara mengangtungya.
Setelah
begitu banyak untaian kata yang saya sampaikan. Ada banya hal yang mebuat
pertanyaan dalam diri saya muncul. Salah satu yang paling menyesakkan dada
adalah :
“ I
am wondering, why Indonesian food are not so famous as like Italians, Indian or
Chinnese?”
Ya,
itu PR besar buat saya, kamu, semua orang Indonesia, terutama generasi mudanya.
Membuat Indonesia lebih dikenal. Kalau sudah dikenal, disayang. Kalau sudah
disayang, dihargai. Kalau sudah dihargai , dihormati. Yang penting, kita harus
terus optimis.
Karena saya rasa mimpi Indonesia untuk dikenal dengan bangsa
lain semakin dekat untuk digenggam.
Karena saya merasa saya semakin dekat
dengan mimpi itu !


Tidak ada komentar:
Posting Komentar