Pages

Sabtu, 31 Mei 2014

AKU BANGGA JADI ANAK MADRASAH!!




Ceritanya malam ini saya ingin drama. Ini tentang kisah penolakan terhadap saya. Dramanya mulai. Ngetik postingan ini sambil nangis. Becanda. Saya udah cape nangis, air matanya udah abis. Tragedi 27 Mei, adalah tragedi saya ditolak. Rasa sakit itu sebenarnya hadir karena kita menaruh harapan pada sesuatu yang tidak tercapai. Ya, seujurnya saya menaruh harapan, meski selalu ada rencana kedua. Rasanya............... ditolak dengan tulisan tinta merah itu, ah, iya, sedikit menyedihkan. Fine, lupakan.

Setelah itu, abi saya dengan tabahnya, beliau berkata "yaudah yuk, 2 universitas kemarin lansung di konfirmasi. Dan cepat daftar jalur yang lain." 

Setelahnya di rumah engga ada pembahasan masalah penolakan. Kata abi, engga ada yang patut disesali, usaha dan doa udah dilakukan. Saya rasa Allah ingin memberikan jalan yang lain pada saya. Karena untuk mencapai suatu kesuksesan ada banyak jalan. Iya, saya percaya Allah menuntun saya dengan jalan yang berbeda.

Ah, iya, setelah kontak dengan salah satu teman saya yang sudah siap pakai almamter ku*ing. Dia mengirim pesan, "Eh, bisanya? Kaget gue. Elu sih madrasah, didiskriminasi kan"

Ya, bisa jadi itu salah satu faktor. Tapi andaikan saya harus gagal karena identitas ini, saya enggak pernah menyesal. Karena ilmu yang saya dapatkan, jauh lebih penting. Kalaupun saya hidup pada kehidupan selanjutnya, maka, saya akan tetap memilih madrasah.

Makanya nih saya capslock "AKU BANGGA JADI ANAK MADRASAH!!"

Dalam hal ini umi berperan penting, yah, ini karena umi selalu mengajarkan untuk menjadi cermin. Penerimaan merupakan hal yang penting, intropeksi juga hal yang penting. Dan sebagai seorang ayah yang baik, abi selalu mendorong saya untuk menjadi lilin, yang bisa terang dan berkompetisi lagi.

Faktanya, hidup itu selalu lilin, cermin, dan kembali lagi. Ya, itulah siklus! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar