Pages

Selasa, 04 Maret 2014

Sejarah dan Bahasa Jepang


Hidup kurang indah apa? Ketika kamu bisa streaming youtube sambil menikmati makan siangmu, menderngarkan musik pengantar tidur siang sambil ngelihat keluar jendela langitnya mulai gelap dan jendela kamar kebuka jadi angin bisa masuk dengan leluasa, dan kamu berbalut selimut sambil bengong main handphone di atas kasur. Iya! Ini namanya Sabtu siang! Saya capslock SABTU SIANG! 

Dari delapan hari ujian, saya bisa merenung ditengah mengerjakan soal, bahwa yang saya inginkan hanyalah TIDUR! Sebenernya Ujian Akhir Madrasahnya belum kelar, tetapi Sejarah sama Bahasa Jepang, enggak saya masukin dalam hitungan. Eh? HAHA

Kenapa?

Sebenernya sejarah Indonesia itu penting, PENTING banget malah. Tetapi cara penyampaiannya aja yang salah. Uhuk, *dengan gaya nge-sok*. Sejarah itu fungsinya buat apa? Sejarah tuh berfungsi untuk mengambil hikmah masa lalu. Ketika kamu belajar kemerdekaan  misal, maka kamu bisa mengembil hikmah, bahwa, untuk mencapai sebuah kata kemerdekaan itu penuh perjuangan, maka, kita enggak boleh untuk melecehkan makna-makna kemerdekaan. Kemudian, misal dari perang dunia, ketika Amerika mengebom Nagasaki dan Hiroshima, apakah itu adalah hal terbaik yang dilakukan Amerika? Atau adakah cara lain selain itu? Nah, itu yang harus kita ambil hikmah, kita maknai, itu baru hakikat sejarah! 

Tapi, kalau di Indonesia nih, sejarah ditandai dengan tanggal yang rumit, isi perjanjian yang harus dihafal sama. Bayangin, saya mulai di doktrin begituan sejak SEKOLAH DASAR – MADRASAH ALIYAH.

Ketika Sekolah Dasar :
“Kapan Imam Bonjol lahir?”
Seriusan saya aja nggak paham tanggal lahir nenek saya, eh, malah dipaksa inget lahirnya Imam Bonjol.

Ketika Sekolah Menengah Pertama :
“Kapan ditemukannya penemuan Megantropus Paleojavanicus? Dimana?”
Ini nambah, itu siapa yang harus saya ketahui? Saya nggak percaya kalo dia nenek moyang saya. Nenek moyang gue lebih rupawan!

Ketika Madrasah Aliyah :

Nggak tau apaan, lupa, soalnya enggak pernah perhatiin sih. HAHA.

Itu baru sejarah, sekarang dengan Bahasa Jepang. Kenapa sih perlu Bahasa Jepang?
Inget enggak siapa yang ngejajah kita? Iya! JEPANG. Dan sekarang kita juga masih kejajah dengan paksaan-paksaan untuk mempelajari bahasa mereka. Padahal orang Jepang sendiri enggak ada pelajaran Bahasa Indonesia, boro-boro ada pelajaran Bahasa Indonesia, mempelajari Bahasa Inggris aja mereka ogah-ogahan kok. 

Nah, harusnya kita juga demikian. Bukan kita yang terpengaruh oleh lingkungan, tetapi kita yang harus pengaruhi lingkungan. Sekian.

Pokonya cinta-cinta-cinta-cinta bangetlah sama hari Sabtu. Uwooooo, malem minggu lebih indah dimana bisa catching up bareng Mr.Uwowo. ngobrol sampe ngantuk-ngantuk enggak jelas, tapi banyakan saya yang nyampah. Kalo enggak ya, bearti banyak suasana hening diantara kami, but it’s not a big problem. Karena sebenarnya banyak yang disampaikan dalam suasana keheningan itu. *eh, apaan sih ini, kenapa saya nulis begini?* 

Udahan lah ngaconya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar