Ini cerita Minggu pagi saya, yang
sangat menjengkelkan. Eh, nggak juga sih, nggak tau ah, absurd. Minggu pagi
identik dengan apa? dalam kamus hidup saya adalah tidur sampe siang. Pasti di
kamus pelajar lain juga nggak beda jauh. Sirna harapan minggu pagi untuk tidur,
secara sebelum subuh, nyawa udah dipaksa masuk ke dalam raga oleh omelan umi’.
Dan kebetulan dua kakak cewek saya pada maen ke rumah beserta suami dan
anak-anak mereka. Bisa bayangin keadaan rumah yang biasanya suwung, berubah
menjadi sangat ricuh, maklum weekend. Kakak cewek kedua saya ini sangat jail,
dia nempelin kain basah di muka, capslock ya MUKA saya! Sepontan saya lansung
bangun dan narik rambutnya, ini nggak patut diceritain, tapi kami bertiga kalo
berantem emang selalu pake kekerasan.
Dan saya selalu jadi korban pembully-an. Maklum lah umur saya sama mereka beda
jauh. Dan itu yang ngebuat mereka semena-mena sama anak bungsu!
Dan untuk apa saya bangun di
PAGIBUTA hari ini? Ya, saya dipaksa nemenin umi’ dan kakak kedua saya sebut
saja A untuk pergi ke pasar sayur. Heran, kenapa nggak beli aja di tukang
sayur, ini malah ke pasar pagi buta gini. Akhirnya dengan berat hati, masih
pake baju tidur, kerudung morat marit, tanpa hp, tanpa sandal, saya dipaksa
naik ke mobil. Dan ya, meneruskan tidur saya. Si A nyetir mobil, sumpahan
padahal dia SIM aja belum dapet. Bayangin, si A tiga kali tes SIM nggak pernah
lulus. Parah kan? Dan umi’ saya yang paling seger diantara kami bertiga, jelas
lah, beliau jam 3 pagi udah mandi, udah harum, memilih untuk ngidupin murotal.
Dan sepanjang perjalanan si A curhat tentang ponakan saya, yang sangat bandel.
Dan…. Pasar sayur sangat ramai.
Ini di luar dugaan, ada orang yang mau belanja jam segini. Dan untuk apa?
ternyata orang-orang di sini adalah tukang sayur yang sukanya keliling kompleks
pagi hari. Dan alasan umi’ saya dateng ke sini sebenernya untuk apa? Mau ngikut
jual sayur di komplek? HAAAAAH? Enggak, enggak. Ternyata umi’ pengen dapet
sayur segar untuk sarapan hari ini. Umi’ ini sangat antusias sekali
cucu-cucunya datang, dan setiap kali saya pulang dari asrama nggak pernah umi’
rela-relain ke pasar sayur kayak ini. NEVER! Untung di mobil ada sandal nganggur
dan saya keluar dari mobil buntutin umi’ dan si A. masih dalam setengah sadar, saya
ngelihat mereka berdua lagi bersaing mungutin sayur segar dengan abang-abang
yang suka keliling kompleks. Hah, sumpah saya di sini ceritanya useless. Dan
oh, oh, si A memanggil saya. Dan saya mulai faham kenapa saya dipaksa bangun
pagi buta ini. Dan kalian tau untuk apa? ya, saya diperbudak untuk membawa
barang-barang mereka. Oh, God.. demi apa ini minggu pagi kan?
Oke, ini sedikit cerita tentang
pasar sayur atau pasar tradisional yang ada di Indonesia.
Pasar adalah salah satu dari berbagai
sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha
menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.
Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang
fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan
yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat
penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin
melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki
pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar
bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai
komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Pengertian di atas sangat mainstream. Ini lebih menarik tentang pasar-pasar unik yang ada di Indonesia.
Selain Keindahan alam yang sangat banyak, Indonesia juga punya banyak
keragaman Budaya. Kekayaan Budaya yang berbagai macam ini karena kita mempunyai
banyak Suku dan sejarah yang berbeda beda. walau begitu salah satu keunikan
Budaya di Indonesia adalah Pasar Tradisional. berikut adalah sebagian dari
Pasar Pasar Tradisional di Indonesia yang unik.
Pasar Apung Muara Kuin Borneo
Pasar terapung merupakan tempat dimana Anda akan menyaksikan atau
beraktivitas langsung di pasar sungai menggunakan perahu. Pasar terapung ini
berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan Sungai Kuin dan Sungai
Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang Banjar
yang telah berlangsung sejak dahulu.
Di Kalimantan Selatan ada ratusan sungai menjadi jalur transportasi
penting hingga sekarang. Tempat wisata pun bertumpu pada sungai, seperti pasar
terapung Muara Kuin di Kota Banjarmasin ini. Saat Matahari terbit kunjungilah
pasar ini yang memantulkan cahaya pagi hari di antara transaksi sayur-mayur dan
hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak
sungainya.
Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada
di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa
Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul 9 pagi.
Keistimewaan di pasar ini adalah masih seringnya terjadi transaksi barter antar
para pedagang berperahu yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Para
pedagang wanita (dukuh) yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri,
sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali
disebut panyambangan.
Banjarmasin sebagai ibu kota propinsi adalah pusat perdagangan dan
pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukanKota Air karena letak daratannya
beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Kota Banjarmasin, memiliki
luas sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan
Selatan. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri
terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di Muara
Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di Lok
Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.
Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai
Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. Di tepian
sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang.
Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para pedagang ini
kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian tanggui dan caping lebar
khas Banjar yang terbuat dari daun rumbia.
Pasar Bolu Toraja
Terletak di pusat wisata Toraja, Kota Rantepao, Pasar Bolu sudah
terkenal sebagai objek wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Pasar
ternak, demikian pasar ini juga dikenal, merupakan pusat penjualan kerbau dan
buka sekali dalam 6 hari (sesuai jadwal hari pasar). Selain kerbau, babi juga
dijual di pasar ini, hanya saja jumlahnya lebih sedikit. Sayur, buah-buahan,
kopi, dan komoditi hasil bumi lainnya juga dapat ditemukan di pasar ini.
Pada saat hari pasar, jumlah kerbau yang diperjualbelikan dapat mencapai
500 ekor, apalagi saat akan diadakannya upacara-upacara adat. Selain banyaknya
kerbau yang diperjualbelikan, pasar ini pun akan dipenuhi pengunjung, baik
masyarakat lokal maupun wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin menyaksikan
secara dekat kehidupan sebuah pasar ternak besar yang hanya ada di Toraja.
Adapun harga kerbau yang diperjualbelikan mulai dari 5 juta rupiah hingga
ratusan juta rupiah. Warna dan ukuran tubuh kerbau adalah tolak ukur penentuan
harga. Kerbau kecil berwarna hitam akan dihargai sekira 5 juta, kerbau hitam
dengan ukuran agak besar berkisar 10-15 juta. Sementara itu, kerbau berwarna
belang (Tedong Bonga), yang merupakan salah satu komoditas unggul, dapat
dihargai puluhan juta rupiah. Sedangkan kerbau albino yang terbilang langka
dapat dihargai lebih mahal lagi hingga mencapai ratusan juta rupiah
Itu beberapa cerita tentang pasar tradisional di Indonesia. Dan setelah sayur-sayur dimasukin
ke dalam mobil. Saya masuk dan ngelanjutin tidur. Sampai di rumah, keadaan
rumah kembali ricuh, karena ponakan-ponakan saya lagi bantuin abi bersihin
bunga-bunga di depan rumah. Abi sepertinya sangat menikmati berkumpul dengan
cucu-cucunya, sampai rela basah kuyup disiram mereka. Ooh, ntar waktu saya jadi
seorang nenek haruskah saya basah-basahan dan pagi buta gini pergi ke pasar?
Aaaaaaaah…….

Tidak ada komentar:
Posting Komentar