Pages

Sabtu, 05 Oktober 2013

Minggu Pagi, Pasar Sayur



Ini cerita Minggu pagi saya, yang sangat menjengkelkan. Eh, nggak juga sih, nggak tau ah, absurd. Minggu pagi identik dengan apa? dalam kamus hidup saya adalah tidur sampe siang. Pasti di kamus pelajar lain juga nggak beda jauh. Sirna harapan minggu pagi untuk tidur, secara sebelum subuh, nyawa udah dipaksa masuk ke dalam raga oleh omelan umi’. Dan kebetulan dua kakak cewek saya pada maen ke rumah beserta suami dan anak-anak mereka. Bisa bayangin keadaan rumah yang biasanya suwung, berubah menjadi sangat ricuh, maklum weekend. Kakak cewek kedua saya ini sangat jail, dia nempelin kain basah di muka, capslock ya MUKA saya! Sepontan saya lansung bangun dan narik rambutnya, ini nggak patut diceritain, tapi kami bertiga kalo berantem  emang selalu pake kekerasan. Dan saya selalu jadi korban pembully-an. Maklum lah umur saya sama mereka beda jauh. Dan itu yang ngebuat mereka semena-mena sama anak bungsu!

Dan untuk apa saya bangun di PAGIBUTA hari ini? Ya, saya dipaksa nemenin umi’ dan kakak kedua saya sebut saja A untuk pergi ke pasar sayur. Heran, kenapa nggak beli aja di tukang sayur, ini malah ke pasar pagi buta gini. Akhirnya dengan berat hati, masih pake baju tidur, kerudung morat marit, tanpa hp, tanpa sandal, saya dipaksa naik ke mobil. Dan ya, meneruskan tidur saya. Si A nyetir mobil, sumpahan padahal dia SIM aja belum dapet. Bayangin, si A tiga kali tes SIM nggak pernah lulus. Parah kan? Dan umi’ saya yang paling seger diantara kami bertiga, jelas lah, beliau jam 3 pagi udah mandi, udah harum, memilih untuk ngidupin murotal. Dan sepanjang perjalanan si A curhat tentang ponakan saya, yang sangat bandel.

Dan…. Pasar sayur sangat ramai. Ini di luar dugaan, ada orang yang mau belanja jam segini. Dan untuk apa? ternyata orang-orang di sini adalah tukang sayur yang sukanya keliling kompleks pagi hari. Dan alasan umi’ saya dateng ke sini sebenernya untuk apa? Mau ngikut jual sayur di komplek? HAAAAAH? Enggak, enggak. Ternyata umi’ pengen dapet sayur segar untuk sarapan hari ini. Umi’ ini sangat antusias sekali cucu-cucunya datang, dan setiap kali saya pulang dari asrama nggak pernah umi’ rela-relain ke pasar sayur kayak ini. NEVER! Untung di mobil ada sandal nganggur dan saya keluar dari mobil buntutin umi’ dan si A. masih dalam setengah sadar, saya ngelihat mereka berdua lagi bersaing mungutin sayur segar dengan abang-abang yang suka keliling kompleks. Hah, sumpah saya di sini ceritanya useless. Dan oh, oh, si A memanggil saya. Dan saya mulai faham kenapa saya dipaksa bangun pagi buta ini. Dan kalian tau untuk apa? ya, saya diperbudak untuk membawa barang-barang mereka. Oh, God.. demi apa ini minggu pagi kan?

Oke, ini sedikit cerita tentang pasar sayur atau pasar tradisional yang ada di Indonesia.

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.

Pengertian di atas sangat mainstream. Ini lebih menarik tentang pasar-pasar unik yang ada di Indonesia.

Selain Keindahan alam yang sangat banyak, Indonesia juga punya banyak keragaman Budaya. Kekayaan Budaya yang berbagai macam ini karena kita mempunyai banyak Suku dan sejarah yang berbeda beda. walau begitu salah satu keunikan Budaya di Indonesia adalah Pasar Tradisional. berikut adalah sebagian dari Pasar Pasar Tradisional di Indonesia yang unik.

Pasar Apung Muara Kuin Borneo

Pasar terapung merupakan tempat dimana Anda akan menyaksikan atau beraktivitas langsung di pasar sungai menggunakan perahu. Pasar terapung ini berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan Sungai Kuin dan Sungai Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang Banjar yang telah berlangsung sejak dahulu. 

Di Kalimantan Selatan ada ratusan sungai menjadi jalur transportasi penting hingga sekarang. Tempat wisata pun bertumpu pada sungai, seperti pasar terapung Muara Kuin di Kota Banjarmasin ini. Saat Matahari terbit kunjungilah pasar ini yang memantulkan cahaya pagi hari di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul 9 pagi. Keistimewaan di pasar ini adalah masih seringnya terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Para pedagang wanita (dukuh) yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. 
Banjarmasin sebagai ibu kota propinsi adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukanKota Air karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Kota Banjarmasin, memiliki luas sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan Selatan. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.

Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. Di tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang. Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para pedagang ini kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian tanggui dan caping lebar khas Banjar yang terbuat dari daun rumbia.

Pasar Bolu Toraja 

Terletak di pusat wisata Toraja, Kota Rantepao, Pasar Bolu sudah terkenal sebagai objek wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Pasar ternak, demikian pasar ini juga dikenal, merupakan pusat penjualan kerbau dan buka sekali dalam 6 hari (sesuai jadwal hari pasar). Selain kerbau, babi juga dijual di pasar ini, hanya saja jumlahnya lebih sedikit. Sayur, buah-buahan, kopi, dan komoditi hasil bumi lainnya juga dapat ditemukan di pasar ini.

Pada saat hari pasar, jumlah kerbau yang diperjualbelikan dapat mencapai 500 ekor, apalagi saat akan diadakannya upacara-upacara adat. Selain banyaknya kerbau yang diperjualbelikan, pasar ini pun akan dipenuhi pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin menyaksikan secara dekat kehidupan sebuah pasar ternak besar yang hanya ada di Toraja. Adapun harga kerbau yang diperjualbelikan mulai dari 5 juta rupiah hingga ratusan juta rupiah. Warna dan ukuran tubuh kerbau adalah tolak ukur penentuan harga. Kerbau kecil berwarna hitam akan dihargai sekira 5 juta, kerbau hitam dengan ukuran agak besar berkisar 10-15 juta. Sementara itu, kerbau berwarna belang (Tedong Bonga), yang merupakan salah satu komoditas unggul, dapat dihargai puluhan juta rupiah. Sedangkan kerbau albino yang terbilang langka dapat dihargai lebih mahal lagi hingga mencapai ratusan juta rupiah

Itu beberapa cerita tentang pasar tradisional di Indonesia. Dan setelah sayur-sayur dimasukin ke dalam mobil. Saya masuk dan ngelanjutin tidur. Sampai di rumah, keadaan rumah kembali ricuh, karena ponakan-ponakan saya lagi bantuin abi bersihin bunga-bunga di depan rumah. Abi sepertinya sangat menikmati berkumpul dengan cucu-cucunya, sampai rela basah kuyup disiram mereka. Ooh, ntar waktu saya jadi seorang nenek haruskah saya basah-basahan dan pagi buta gini pergi ke pasar? Aaaaaaaah…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar