Pages

Selasa, 10 September 2013

Back To You -Indonesia-

So nice to see your face again
Tell me how long has it been
Since you’ve been here
You look so different than before
But still the person I adore
Frozen with fear
I’m out of love but I’ll take it from the past
I’m out of the words ‘cause I’m sure it’ll never last

Random banget lah, grammer banyak yang sedikir ngaco tuh, tapi segala sesuatu yang ditulis dari hati indah aja pokonya.



Does the past always come back to you?

Masa lalu selalu penuh dengan memori – memori random yang membayangi saya. Lalu mengingatkan saya pada waktu yang tidak tepat. Seperti saat kamu sedang membereskan barang – barang lamamu, dan kehausan yang akhirnya membawamu ke almari pendingin lalu kamu menemukan coklat berpahat smile yang udah kadaluarsa di dalamnya, ceritanya itu coklat yang someone kasih untuk ngehibur kamu, saat kamu dalam kondisi terburuk dalam hidup, sama kayak kamu di titik minimal suatu kurva dan kamu nggak bisa kembali pada titik maksimum. Kebayang nggak itu coklat sangat bermakna banget?

Itu baru benda, kalo orangnya yang muncul, kebayang betapa mati kutunya kita? Jika dia adalah first love kamu, dan kamu mulai berbalasan gmail nggak jelas, cuma say goodmorning, goodnight, have a nice dream, telfon yang nggak beralasan. Lalu kamu mau mendifinisikan bagaimana hubungan kalian? HTS? atau bibit bibit CLBK? Bingung kan? Gak bisa ijelasin, nggak bisa didefinisikan. Pokonya ini some things are the way they are and words just can’t explain.  

Menurut saya fisrt love bukanlah sekedar rasa dag dig dug yang dirasain kelas 5 SD saat ada anak laki laki mengajakmu berkenalan, lalu mengajak pulang ke rumah bareng, tapi sebelumnya makan bakso dan minum es degan di tengah kota. Bukan -__- tapi first love menurut saya adalah saat kamu pertama kali bertemu dengan seseorang yang kamu melihat kebahagian dalam tatapan matanya, entah gimana jabarinnya, tapi kamu merasa menemukan cahaya di dalam matanya, dan kamu yakin dia bisa membuat kamu bahagia. Tapi ironis jika kamu berfikir dangkal jika yang mampu membahagiakan kamu hanya satu orang. Rasanya lebih asik lah jika yang mampu membuat kamu bahagia adalah banyak orang. Jangan kejebak zona pendangkalan otak gara – gara jatuh cinta. 

Kebetulan first love saya sebut saja si uhuk, datang kembali pada hidup saya. Sambil nyanyi lagu Back to you, it always comes around. Back to you , I tried to stay away . But it’s too late…. Dia datang dengan perubahan yang sangat besar. Saya rasa cara dia mencintai Indonesia mulai mengalami perubahan. Mungkin akibat pendangkalan otaknya -_- Percakapan awal dimulai dari proyek hidupnya ke depan. Si uhuk udah dapet beasiswa di Australia dalam hal ini Melbourne dengan jurusan teknik. Ini dia cuplikan pesan saya dengan si uhuk.

Uhuk    : Ntar kalo aku uda di Ausa kamu harus kunjungi aku di sini.
Saya     : Ngapain?
Uhuk    : What about some coffe?
Saya     : Serious?
Uhuk    : Why?
Saya     : Just for some coffe?Are you insecure, or something?
Uhuk    : Haha, aku kamu suka kopi. Apa alasan itu cukup?
Saya     : Enggak… Kamu yang pulang, dan kita minum kopi di Indonesia.
Uhuk    : Di Indonesia, nggak ada marshmallows di atas kopi. Padahal kamu penggila rasa manis :P
Saya     : Hssssssh, sekarang aku suka kopi gue just at it is. The blacker the better.
Uhuk    : Oke, aku akan pulang hanya demi secangkir kopi.
Saya     : Koreksi --.> “Oke, aku akan pulang demi secangkir kopi dari Indonesiakuuuuuuuuu.” :P
Uhuk    : Kalah lagi deh, nggak ada menangnya. Kalo gitu kamu datang ke ausa menikmati bar kecil di tiap ujung jalan.
Saya     : Enggak mau, mending warteg di Indonesia. Ngelewatin jalanan ke warteg sambil ngeliat lampu di pinggir jalan.
Uhuk    : Lampu remang remang? :P
Saya     : Light is never just light. Cahaya seredup apapun mampu mengiluminasi gelap. Yet whenever I think of light, I’m always reminded of you.
Uhuk    : Speechless…You’re the one who popped the stupid argument.
Saya     : Hahaha
Uhuk    : Succes? Oke, saya akan pulang untuk cahaya lampu di Indonesia beserta wartegnya.
Saya     : Great
Uhuk    : Oke, kalau gitu ini tawaran yang bikin ngiler, nonton di Rooftop Cinema di lantai enam Curtin House. Sekalian liat matahari terbenam. Warna langit lagi morat marit, tapi pas ketangkap lensa mata, itu indah banget. Partikel udara menguraikan gelombang cahaya. Keren banget :P
Saya     : Enggak tertarik juga :P mending nonton layar tancep, sambil ngemil pisang goreng, terus pulangnya makan nasi goreng lampu merah.
Uhuk    : Oh, ya layar tancepnya Pak Nur, nasi goreng lampu merah. Ya, aku ingin pulang.
Saya     : Haha,...Indonesia menantimu.
Uhuk    : Saat ini aku ingin pulang, karena visa usa mau habis masanya, dan suatu saat aku ingin pulang, karena kopi, cahaya, layar tancep,.
Saya     : Udah?
Uhuk    : Back to you…..(?)
Saya     : Ohh? John Mayer?
Uhuk    : A song tells the story of your life, there’s always a personal history attached  to it.
Saya     : Ya, setiap orang punya soundtracknya sendiri dalam hidupnya.
-----------------------------------------------OFFLINE--------------------------------------------------

Yah, begitulah banyak yang harus kita cicipi dulu di Indonesia, entah itu kopinya, suasana warteg, makanan di warteg nggak kalah jauh rasanya sama yang berkelas, layar tancep yang sedikit eror tapi suasana kekeluargannya dapet banget. Sejauh apapun nantinya kita pergi mengejar mimpi, jangan pernah lupa sama memori Negara kita. Kurang surga apa cobak ini Negara kita? Untuk apa mencari yang sempurna, jika yang bahagia membuat kita bahagia. 

NB: Makasi beng, udah ngobrolin Indonesia bareng, terima kasih untuk kontak lagi, jika kamu bertanya kenapa kita pernah lost contact jawabannya “It easier and less painful that way.” Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku, tanpa kamu menyela, tanpa kamu menimpali dengan menceritakan dirimu sendiri. Ya, hanya mendengarkan. Aku tidak pernah berfikir  mencari topic ketika ada suasana hening di percakapan kita, begitupula kamu,  kita hanya menikmati keheningan, banyak yang terucap dari keheningan itu selain berbicara panjang lebar. But, it’s too late.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar