So nice to see your face
again
Tell me how long has it been
Since you’ve been here
You look so different than
before
But still the person I adore
Frozen with fear
I’m out of love but I’ll
take it from the past
I’m out of the words ‘cause
I’m sure it’ll never last
Random banget lah, grammer
banyak yang sedikir ngaco tuh, tapi segala sesuatu yang ditulis dari hati indah
aja pokonya.
Does the past always come
back to you?
Masa lalu selalu penuh
dengan memori – memori random yang membayangi saya. Lalu mengingatkan saya pada
waktu yang tidak tepat. Seperti saat kamu sedang membereskan barang – barang lamamu,
dan kehausan yang akhirnya membawamu ke almari pendingin lalu kamu menemukan
coklat berpahat smile yang udah kadaluarsa di dalamnya, ceritanya itu coklat yang
someone kasih untuk ngehibur kamu, saat kamu dalam kondisi terburuk dalam
hidup, sama kayak kamu di titik minimal suatu kurva dan kamu nggak bisa kembali
pada titik maksimum. Kebayang nggak itu coklat sangat bermakna banget?
Itu baru benda, kalo
orangnya yang muncul, kebayang betapa mati kutunya kita? Jika dia adalah first
love kamu, dan kamu mulai berbalasan gmail nggak jelas, cuma say
goodmorning, goodnight, have a nice dream, telfon yang nggak beralasan. Lalu
kamu mau mendifinisikan bagaimana hubungan kalian? HTS? atau bibit bibit CLBK?
Bingung kan? Gak bisa ijelasin, nggak bisa didefinisikan. Pokonya ini some
things are the way they are and words just can’t explain.
Menurut saya fisrt love bukanlah
sekedar rasa dag dig dug yang dirasain kelas 5 SD saat ada anak laki laki
mengajakmu berkenalan, lalu mengajak pulang ke rumah bareng, tapi sebelumnya
makan bakso dan minum es degan di tengah kota. Bukan -__- tapi first love menurut
saya adalah saat kamu pertama kali bertemu dengan seseorang yang kamu melihat
kebahagian dalam tatapan matanya, entah gimana jabarinnya, tapi kamu merasa
menemukan cahaya di dalam matanya, dan kamu yakin dia bisa membuat kamu
bahagia. Tapi ironis jika kamu berfikir dangkal jika yang mampu membahagiakan
kamu hanya satu orang. Rasanya lebih asik lah jika yang mampu membuat kamu
bahagia adalah banyak orang. Jangan kejebak zona pendangkalan otak gara – gara
jatuh cinta.
Kebetulan first love saya
sebut saja si uhuk, datang kembali pada hidup saya. Sambil nyanyi lagu Back
to you, it always comes around. Back to you , I tried to stay away . But it’s
too late…. Dia datang dengan perubahan yang sangat besar. Saya rasa cara
dia mencintai Indonesia mulai mengalami perubahan. Mungkin akibat pendangkalan
otaknya -_- Percakapan awal dimulai dari proyek hidupnya ke depan. Si uhuk udah
dapet beasiswa di Australia dalam hal ini Melbourne dengan jurusan teknik. Ini
dia cuplikan pesan saya dengan si uhuk.
Uhuk : Ntar kalo aku uda di Ausa kamu harus kunjungi aku di sini.
Saya : Ngapain?
Uhuk : What about some coffe?
Saya : Serious?
Uhuk : Why?
Saya : Just for some coffe?Are you insecure, or something?
Uhuk : Haha, aku kamu suka kopi. Apa alasan itu cukup?
Saya : Enggak… Kamu yang pulang, dan kita minum kopi di Indonesia.
Uhuk : Di Indonesia, nggak ada marshmallows di atas kopi.
Padahal kamu penggila rasa manis :P
Saya : Hssssssh, sekarang aku suka kopi gue just at it is. The
blacker the better.
Uhuk : Oke, aku akan pulang hanya demi secangkir kopi.
Saya : Koreksi --.> “Oke, aku akan pulang demi secangkir kopi dari
Indonesiakuuuuuuuuu.” :P
Uhuk : Kalah lagi deh, nggak ada menangnya. Kalo gitu kamu datang ke
ausa menikmati bar kecil di tiap ujung jalan.
Saya : Enggak mau, mending warteg di Indonesia. Ngelewatin jalanan ke
warteg sambil ngeliat lampu di pinggir jalan.
Uhuk : Lampu remang remang? :P
Saya : Light is never just light. Cahaya seredup apapun mampu
mengiluminasi gelap. Yet whenever I think of light, I’m always reminded of you.
Uhuk : Speechless…You’re the one who popped the stupid argument.
Saya : Hahaha
Uhuk : Succes? Oke, saya akan pulang untuk cahaya lampu di Indonesia
beserta wartegnya.
Saya : Great
Uhuk : Oke, kalau gitu ini tawaran yang bikin ngiler, nonton di
Rooftop Cinema di lantai enam Curtin House. Sekalian liat matahari terbenam.
Warna langit lagi morat marit, tapi pas ketangkap lensa mata, itu indah banget.
Partikel udara menguraikan gelombang cahaya. Keren banget :P
Saya : Enggak tertarik juga :P mending nonton layar tancep, sambil
ngemil pisang goreng, terus pulangnya makan nasi goreng lampu merah.
Uhuk : Oh, ya layar tancepnya Pak Nur, nasi goreng lampu merah. Ya,
aku ingin pulang.
Saya : Haha,...Indonesia menantimu.
Uhuk : Saat ini aku ingin pulang, karena visa usa mau habis masanya,
dan suatu saat aku ingin pulang, karena kopi, cahaya, layar tancep,.
Saya : Udah?
Uhuk : Back to you…..(?)
Saya : Ohh? John Mayer?
Uhuk : A song tells the story of your life,
there’s always a personal history attached
to it.
Saya : Ya, setiap orang punya soundtracknya
sendiri dalam hidupnya.
-----------------------------------------------OFFLINE--------------------------------------------------
Yah, begitulah banyak yang harus kita cicipi dulu di Indonesia, entah itu kopinya, suasana warteg, makanan di warteg nggak kalah jauh rasanya sama yang berkelas, layar tancep yang sedikit eror tapi suasana kekeluargannya dapet banget. Sejauh apapun nantinya kita pergi mengejar mimpi, jangan pernah lupa sama memori Negara kita. Kurang surga apa cobak ini Negara kita? Untuk apa mencari yang sempurna, jika yang bahagia membuat kita bahagia.
NB:
Makasi beng, udah ngobrolin Indonesia bareng, terima kasih untuk kontak lagi,
jika kamu bertanya kenapa kita pernah lost contact jawabannya “It easier and
less painful that way.” Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku, tanpa
kamu menyela, tanpa kamu menimpali dengan menceritakan dirimu sendiri. Ya,
hanya mendengarkan. Aku tidak pernah berfikir mencari topic ketika ada suasana hening di
percakapan kita, begitupula kamu, kita
hanya menikmati keheningan, banyak yang terucap dari keheningan itu selain
berbicara panjang lebar. But, it’s too late.


