Pages

Minggu, 06 Juli 2014

Tak Terduga.........



Malam pertama buka puasa di rumah diwarnai dengan kericuhan lima ponakan saya yang datang ke rumah dan buka puasa bersama. Ditambah dengan dua kakak saya beserta suaminya. Sangat ricuh dan ribut. Apalagi ponakan saya yang paling kecil, menambah keributan petang kemarin. Ponakan saya yang paling gede jelas paling staycool engga mau ribet, biasa sih main hp dipojokan rumah. Biasa, anak muda. Berasa tua jadinya. Kemudian ponakan saya yang paling tinggi dikeluarga kami, jelas dia tingginya 165 cm. saya kalah jauh. Menunjukkan kehebatan karate pada ponakan saya yang lain. Semakin ricuh karena Ipat merasa habitatnya terusik oleh sepupunya ini. Ya sudah lupakan kericuhan ini. Kemudian kami pergi ke mesjid. Dan tarawih. Bubar tarawih, bubar pula sekumpulan orang-orang ini. 

Akhirnya tersisa saya dan umi di ruang tengah yang sedang nonton Debat Cawapres. Sebenarnya yang kami bingungkan adalah cara berkerudungnya moderator kemarin. Agak bingung dengan moderator, akhirnya kami memutuskan untuk menyambi menonton Catatan Hati Seorang Istri. Biasa kami adalah pendukung Mbak Hana. Sedikit geli. Biasanya kami ngomel karena si Hello Kitty. Dan jengkel sendiri ini Hananya bego banget sih. Tapi terusterang ini adalah sinetron yang mendidik. 

Tiba-tiba ditengah sinetron, umi sebagai jendral di rumah memerintahkan kepada saya untuk mengambil kolak pisang di dapur. Sebagai prajurit yang baik saya mematuhi perintahnya. Dengan penuh perhatian saya memanskan kolaknya kembali. Namun, tiba-tiba saya mendengar suara. Hmmm, bukan, bukan suara hantu atau sejenisnya. Tapi suara tabung gas bocor. Sontak saya kaget. Sangat kaget.

Saya        : “Umi, gasnya bocor!!”
Umi         : “Apaan? Ribut banget?”
Saya        : “Denger ga sih, Mi? Suara gas bocor?”
Umi         : “Engga. Salah denger kali,”
Saya        : “Umi serius!”

Umi saya kemudian menempelkan kupingnya pada tabung gas. Jelas dalam hal ini saya sangat kaget.

Saya        : “Umi, ga usah deket-deket. Nempelin kuping segala! Umi!!!!!!”
Umi         : “Ga ada suaranya!”
Saya        : “Iya yaudah, ga usah nempelin kuping juga kali! Ntar kalo meledak gimana?”
Umi         : “Eh, durhaka ya kamu…” Ga paham kenapa umi saya lagi seneng banget pake kata durhaka belakangan ini.
 Saya        : “Udah, aku nelpon Pak No, biar diperiksa sama Pak No.” Ini setengah menjerit.

Ditengah saya menelpon Pak No, ternyata umi’ sedang mengotak atik tabung gas.

Saya        : “Umi ga usah sok tau!!! Ga usah diapa-apain!!!!!” Ini nadanya sangat melengking.
Umi         : “Eh, udah diam aja! Umi pernah diajarin ngecopot selangnya!”
Saya        : “Iya, tapi aku engga percaya sama umi! Ngejauh sekarang, Mi!”

Setelah percakapan yang menegangkan dan penuh dengan tanda seru. Kami menunggu Pak No di ruang makan. Umi ngelihat saya dengan tatapan muka sinis, dan melihat saya bagai melihat anak durhaka. Saya merasa bersalah. Kemudian Pak No datang dan diperiksa lah tabung gas itu. 

Saya        : “Denger ga sih pak suaranya?”

Pak No hanya mengangguk angguk kemudian kembali berkonsentrasi untuk melihat tabung gasnya. Saya engga paham dengan anggukan Pak No. Beliau terus saja menempelkan kupingnya ke tabung gas. Padahal arahnya bukan dari tabung gas. Sungguh. Berhubung saya tidak ahli, maka saya memutuskan untuk diam saja dan melihat pekerjaan Pak No. Kemudian Pak No mengangguk dan berkata, “Iya udah selesai.” Udah selesai apaan? Pikir saya.

Kemudian Pak No bergegas meninggalkan dapur. Dan saya menjerit, “Pak, masih bunyi tau!” ini pakai drama banget.

Pak No    : “Dibagian mana bunyinya?”
Saya        : “Di sini!!!!” sambil nunjuk hati. Canda. Saya nunjuk kompor.

Kemudian Pak No kembali memeriksa dan kali ini menempelkan kupingnya pada kompor. Saya engga paham dengan ritual Pak No untuk menempelkan kuping. Ini lebih ekstrem dibanding kerjaannya Limbad. Serius. Dengan anggukan pasti, Pak No berkata, “Iya, ini selangnya bocor.”

Tuh kan! Pasti ada yang bocor. Kemudian saya melihat wajah umi dengan penuh kemenanngan.

Pak No    : “Iya, untungnya tadi udah dicopot selangnya.”
Kali ini umi melihat saya dengan wajah  penuh kecerdasan.
Saya        : “Tuh kan bener Mi, pasti ada yang bocor. Ini kuping muda nih.”
Umi         : “Eh, durhaka ya kamu…”

Akhirnya malam itu juga Pak No mengganti selangnya. Dan seusainya tragedi ini kami melanjutkan menonton Mbak Hana. Umi masih bĂȘte banget sama saya.

Saya        : “Umi kok tau cara lepasin selang sama tabung gasnya tadi?” Seriusan saya sangat penasaran biasa umi engga peduli dengan hal-hal seperti ini.
Umi         : “Iya lah kan umi diajarin Pak No.” Masih dengan nada jutek tingkat dewa.

Saya masih engga menduga ternyata umi’ paham masalah penyelamatan terhadap tabung gas. Masalahnya selama ini yang saya tahu, umi paling males belajar hal-hal yang seperti itu. Biasanya sih anaknya kalau engga abi yang sangat memperhatikan masalah-masalah ini. Karena umi saya tuh tipe orang yang sangat cuek.
Saya hanya manggut-manggut mengingat tragedy ini. Ya, semua orang bisa berubah.

Umi         : “Kamu tuh gimana, kata mau di teknik mesin, sama yang begini aja takut.”
Saya        : “Di teknik mesin teh enggak kayak begini kali Mi.”

Kemudian kami mulai ricuh dengan tingkah laku Hello Kitty di televisi. Tiba-tiba ditengah iklan malam itu.

Umi         : “Kok handphone kamu sepi?”
Saya        : “Yah engga tahu.”
Umi         : “Beda sama tahun kemarin, biasa sampe sahur melek terus. Udah enggak kontak sama si anu.”
Saya        : “Si anu?”
Umi         : “Iya, si anu.”
Saya        : “Oh si anu. Engga Mi, sibuk kali.”
Umi         : “Biasa sih udah mulai bosen. Dikira bakal indah terus.”
Saya        : “Hehe. Iya Mi. Banyak yang engga terduga makin kedepannya teh.”
Umi         : “Makanya jangan lansung bleberin hati sama seseorang. Karena banyak yang gak diketahui apa yang terjadi kedepannya.”

Saya hanya manggut-manggut mendengarkan umi’. Kemudian saya bengong. Bengong sambil mangap.

Umi         : “Mel, jangan kosong gitu tatapanmu!”
Saya        : “Eh siapa yang kosong? Tau ah, bubar bubar. Besok sahur kesiangan.”

Saya bergegas menuju kamar, dan mulai bengong sendiri di kamar. Bener sih kata umi’, banyak kejadian yang engga kita duga ke depannya. Meski hari ini saya investasi hati sama seseorang, saya engga tahu ke depannya saya bisa untung terus atau kegagalan yang saya dapat. Semua misteri. Meski saya kasih kepercayaan sama orang lain, saya engga tahu orang itu bakal terus amanah, atau malah menyianyakan kepercayaan yang kita kasih.

Malam ini saya belajar sesuatu, jangan investasikan semua yang kita punya pada manusia, karena engga ada yang tahu kedepannya masalah hati manusia. Dan banyak hal yang tak terduga yang akan kita temui. Jika mau investasikan semuanya, ya, hanya pada Allah. Karena Dia satu-satunya yang tidak akan mengecewakan kita. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa!

1 komentar:

  1. wah, seperti tabung gas ya... kita ga pernah menduga kapan dia kosong.. :D

    BalasHapus