Malam pertama buka puasa di rumah diwarnai dengan kericuhan lima ponakan
saya yang datang ke rumah dan buka puasa bersama. Ditambah dengan dua kakak
saya beserta suaminya. Sangat ricuh dan ribut. Apalagi ponakan saya yang paling
kecil, menambah keributan petang kemarin. Ponakan saya yang paling gede jelas
paling staycool engga mau ribet, biasa sih main hp dipojokan rumah. Biasa, anak
muda. Berasa tua jadinya. Kemudian ponakan saya yang paling tinggi
dikeluarga kami, jelas dia tingginya 165 cm. saya kalah jauh. Menunjukkan
kehebatan karate pada ponakan saya yang lain. Semakin ricuh karena Ipat merasa
habitatnya terusik oleh sepupunya ini. Ya sudah lupakan kericuhan ini. Kemudian
kami pergi ke mesjid. Dan tarawih. Bubar tarawih, bubar pula sekumpulan
orang-orang ini.
Akhirnya tersisa saya dan umi di ruang tengah yang sedang nonton Debat
Cawapres. Sebenarnya yang kami bingungkan adalah cara berkerudungnya moderator
kemarin. Agak bingung dengan moderator, akhirnya kami memutuskan untuk menyambi
menonton Catatan Hati Seorang Istri. Biasa kami adalah pendukung Mbak Hana.
Sedikit geli. Biasanya kami ngomel karena si Hello Kitty. Dan jengkel sendiri
ini Hananya bego banget sih. Tapi terusterang ini adalah sinetron yang
mendidik.
Tiba-tiba ditengah sinetron, umi sebagai jendral di rumah memerintahkan
kepada saya untuk mengambil kolak pisang di dapur. Sebagai prajurit yang baik
saya mematuhi perintahnya. Dengan penuh perhatian saya memanskan kolaknya
kembali. Namun, tiba-tiba saya mendengar suara. Hmmm, bukan, bukan suara hantu
atau sejenisnya. Tapi suara tabung gas bocor. Sontak saya kaget. Sangat kaget.
Saya : “Umi, gasnya bocor!!”
Umi : “Apaan? Ribut
banget?”
Saya : “Denger ga sih, Mi?
Suara gas bocor?”
Umi : “Engga. Salah denger
kali,”
Saya : “Umi serius!”
Umi saya kemudian menempelkan kupingnya pada tabung gas. Jelas dalam hal
ini saya sangat kaget.
Saya : “Umi, ga usah
deket-deket. Nempelin kuping segala! Umi!!!!!!”
Umi : “Ga ada suaranya!”
Saya : “Iya yaudah, ga usah
nempelin kuping juga kali! Ntar kalo meledak gimana?”
Umi : “Eh, durhaka ya
kamu…” Ga paham kenapa umi saya lagi seneng banget pake kata durhaka
belakangan ini.
Saya : “Udah, aku nelpon Pak
No, biar diperiksa sama Pak No.” Ini setengah menjerit.
Ditengah saya menelpon Pak No, ternyata umi’ sedang mengotak atik tabung
gas.
Saya : “Umi ga usah sok
tau!!! Ga usah diapa-apain!!!!!” Ini nadanya sangat melengking.
Umi : “Eh, udah diam aja!
Umi pernah diajarin ngecopot selangnya!”
Saya : “Iya, tapi aku engga
percaya sama umi! Ngejauh sekarang, Mi!”
Setelah percakapan yang menegangkan dan penuh dengan tanda seru. Kami
menunggu Pak No di ruang makan. Umi ngelihat saya dengan tatapan muka sinis,
dan melihat saya bagai melihat anak durhaka. Saya merasa bersalah. Kemudian Pak
No datang dan diperiksa lah tabung gas itu.
Saya : “Denger ga sih pak
suaranya?”
Pak No hanya mengangguk angguk kemudian kembali berkonsentrasi untuk
melihat tabung gasnya. Saya engga paham dengan anggukan Pak No. Beliau terus
saja menempelkan kupingnya ke tabung gas. Padahal arahnya bukan dari tabung
gas. Sungguh. Berhubung saya tidak ahli, maka saya memutuskan untuk diam saja
dan melihat pekerjaan Pak No. Kemudian Pak No mengangguk dan berkata, “Iya udah
selesai.” Udah selesai apaan? Pikir saya.
Kemudian Pak No bergegas meninggalkan dapur. Dan saya menjerit, “Pak,
masih bunyi tau!” ini pakai drama banget.
Pak No : “Dibagian mana
bunyinya?”
Saya : “Di sini!!!!” sambil
nunjuk hati. Canda. Saya nunjuk kompor.
Kemudian Pak No kembali memeriksa dan kali ini menempelkan kupingnya pada
kompor. Saya engga paham dengan ritual Pak No untuk menempelkan kuping. Ini
lebih ekstrem dibanding kerjaannya Limbad. Serius. Dengan anggukan pasti, Pak
No berkata, “Iya, ini selangnya bocor.”
Tuh kan! Pasti ada yang bocor. Kemudian saya melihat wajah umi dengan
penuh kemenanngan.
Pak No : “Iya, untungnya tadi
udah dicopot selangnya.”
Kali ini umi melihat saya dengan wajah
penuh kecerdasan.
Saya : “Tuh kan bener Mi,
pasti ada yang bocor. Ini kuping muda nih.”
Umi : “Eh, durhaka ya
kamu…”
Akhirnya malam itu juga Pak No mengganti selangnya. Dan seusainya
tragedi ini kami melanjutkan menonton Mbak Hana. Umi masih bĂȘte banget sama
saya.
Saya : “Umi kok tau cara
lepasin selang sama tabung gasnya tadi?” Seriusan saya sangat penasaran
biasa umi engga peduli dengan hal-hal seperti ini.
Umi : “Iya lah kan umi
diajarin Pak No.” Masih dengan nada jutek tingkat dewa.
Saya masih engga menduga ternyata umi’ paham masalah penyelamatan
terhadap tabung gas. Masalahnya selama ini yang saya tahu, umi paling males belajar
hal-hal yang seperti itu. Biasanya sih anaknya kalau engga abi yang sangat
memperhatikan masalah-masalah ini. Karena umi saya tuh tipe orang yang sangat
cuek.
Saya hanya manggut-manggut mengingat tragedy ini. Ya, semua orang bisa
berubah.
Umi : “Kamu tuh gimana,
kata mau di teknik mesin, sama yang begini aja takut.”
Saya : “Di teknik mesin teh
enggak kayak begini kali Mi.”
Kemudian kami mulai ricuh dengan tingkah laku Hello Kitty di televisi.
Tiba-tiba ditengah iklan malam itu.
Umi : “Kok handphone kamu
sepi?”
Saya : “Yah engga tahu.”
Umi : “Beda sama tahun
kemarin, biasa sampe sahur melek terus. Udah enggak kontak sama si anu.”
Saya : “Si anu?”
Umi : “Iya, si anu.”
Saya : “Oh si anu. Engga Mi,
sibuk kali.”
Umi : “Biasa sih udah mulai
bosen. Dikira bakal indah terus.”
Saya : “Hehe. Iya Mi. Banyak
yang engga terduga makin kedepannya teh.”
Umi : “Makanya jangan
lansung bleberin hati sama seseorang. Karena banyak yang gak diketahui apa yang
terjadi kedepannya.”
Saya hanya manggut-manggut mendengarkan umi’. Kemudian saya bengong.
Bengong sambil mangap.
Umi : “Mel, jangan kosong
gitu tatapanmu!”
Saya : “Eh siapa yang
kosong? Tau ah, bubar bubar. Besok sahur kesiangan.”
Saya bergegas menuju kamar, dan mulai bengong sendiri di kamar. Bener
sih kata umi’, banyak kejadian yang engga kita duga ke depannya. Meski hari ini
saya investasi hati sama seseorang, saya engga tahu ke depannya saya bisa
untung terus atau kegagalan yang saya dapat. Semua misteri. Meski saya kasih
kepercayaan sama orang lain, saya engga tahu orang itu bakal terus amanah, atau
malah menyianyakan kepercayaan yang kita kasih.
Malam ini saya belajar sesuatu, jangan investasikan semua yang kita
punya pada manusia, karena engga ada yang tahu kedepannya masalah hati manusia.
Dan banyak hal yang tak terduga yang akan kita temui. Jika mau investasikan
semuanya, ya, hanya pada Allah. Karena Dia satu-satunya yang tidak akan
mengecewakan kita. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa!